November 12, 2010

Realita lingkunganku yang kurang terealisasi.

            Ada beberapa pengemis yang bergumam dalam keramaian mahasiswa di kampus. Aku tiap hari mendengar kata-kata sosialisme, keadilan, kemakmuran, kebersamaan dan lain-lain. Banyak kata-kata itu yang tidak pernah ku tahu artinya secara jelas, hanya sebatas lisan. Aku tahu hanya bunyi perutku yang bernyanyi dan para pengemis di sekelilingku yang masih kelaparan hari ini. Aku hanya bisa memberi sedekah saja pada mereka.

            Entahlah, aku sungguh tidak mengerti maksud pembicaraan mereka. Seakan-akan mereka memerdulikan orang-orang yang kelaparan, yang tertindas, yang tak bisa bersekolah, dan masalah lainnya yang selalu sulit untuk diselesaikan. Mereka selalu berbicara penghisapan, kemiskinan, penindasan, ploretariat atau apalah yang mereka bicarakan demi kepentingan bersama. Tapi mereka tidak peka terhadap lingkungan disekitar kalian. Bagiku kata-kata itu hanya untuk membuatku begitu bodoh dan tersenyum simpul dihadapan mereka yang selalu bicara keadilan. Tapi suatu saat jika aku mempunyai anak, akan kudidik untuk menggantikan mereka yang selalu berkata-kata tanpa adanya realisasi dan anak-anakku pun akan mengikuti kebiasaanku untuk mengukur dan mengkritisi apa yang kurang terealisasi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar