Februari 13, 2012

Antara Aku dan Teh.

Aku sadar aku terkena virus yang sejak lama belum aku ketahui dan telah ada sebelumnya, yaitu virus gila akan teh, ahahhaa. Dari kebiasaan menjadi hobi dan dari hobi menjadi gila. Virus itu semakin lama semakin sadis dan terus memaksa aku untuk mencintai teh.


Semenjak kecil, aku selalu disuguhkan secangkir teh hangat diwaktu pagi dan malam hari oleh ibuku. Ibuku sengaja memberikan teh hangat, katanya meminum teh itu bisa memberikan tenaga agar tidak lemas ( sampai sekarang masih teringat terus dan aku percaya, ahahha). Teh yang disuguhkan oleh ibuku itu teh manis (teh hitam) yang diseduh dengan cara tubruk (tah aur atau bahasa kerennya loose leaves) dan itu masih hingga sekarang. Aku sempat bertanya-tanya mengapa ibuku selalu tidak pernah mau menggunakan teh celup dan lebih memilih teh aur/tubruk yang lebih merepotkan sewaktu menyeduhnya. Ia menjawab sederhana, "teh celup kurang enak dan kalau diseduh terasa hambar". Ibu percaya kalau teh itu bisa memberikan tenaga lebih tetapi berbeda dengan ayahku yang gemar juga terhadap teh. Ayah menggangap teh itu merupakan minuman kesehatan dan menjadi obat untuk dia. Ayah meminum teh tidak memakai gula karena ayah penderita diabetes. Beliau meminumnya setiap hari dan mencoba mengganti air putih dengan teh. Teh yang selalu diseduh ayah adalah teh hitam dan teh hijau. Sebelumnya, aku selalu disediakan teh hijau tetapi aku selalu tidak mau meminumnya karena tehnya berasa pahit dan aku beranggapan bahwa teh hijau buat obat (maklum masih kecil dan masih awam tentang teh). 


Dari kebiasaan yang terjadi di keluargaku setiap hari kita semua menyeduh teh meminumnya bersama dan kita semua menyukai teh. Mungkin yang mebedakan antara kita, masing-masing mengapresiasikannya berbeda-beda. Ibu mengapresiasikan teh tersebut karena teh bisa memberi tenaga, ayah mengapresiasikan teh sebagai minuman kesehatan, dan aku mengapresiasikan teh sebagai minuman wajib dipagi dan malam hari. Singkat cerita itulah cerita dan apresiasi teh sewaktu aku kecil dahulu.

Aku semakin tertarik dan benar-benar suka akan teh. Segala jenis teh yang ada di pasar aku beli dan meminumnya. Dari situ aku terus mencari kira-kira teh apa yang benar-benar pas dimulutku dan aku mengabaikan perkataan ibuku untuk tidak meminum teh celup. Rasa penasaranku terus menggangguku setiap aku ingin meminum teh, kira-kira teh apa yang paling enak. Seiring berjalannya waktu, secara kebetulan aku bertemu dengan Bapak Bambang Laresolo seorang owner Kedai Teh di Bogor. Pertemuanku berawal dari sebuah tugas kuliah yang mengharuskan untuk membuat proposal usaha yang sesuai dengan hobi (kira-kira 2 tahun lalu). Kebetulan, pertama kali aku browsing di internet aku ketikkan kata "Teh" dan ada sebuah blogger yang menarik perhatianku (http://kedai-teh-laresolo.blogspot.com/). Aku semakin penasaran dan tertarik untuk bertemu dengan penulis blog tersebut dan ingin segera menemuinya. Secepatnya aku pulang dari Bandung ke Jakarta dan berangkat ke Kota Hujan (Bogor) mengendarai sepeda motor untuk mencoba teh-teh yang ada di sebuah kedai mini yang artistik. Saat itu cuaca hujan tetapi itu tidak menghalangi aku untuk bisa secepatnya tiba di sana. Sesampainya aku di sana, aku melihat berbagai pilihan macam menu teh yang tersedia dan teh yang benar-benar membuatku penasaran ialah teh putih (white tea). Aku langsung memesannya dan berharap secepatnya disediakan karena aku benar-benar merasa kedinginan (efek naik motor Jakarta-Bogor kehujanan, ahahhaa). Teh telah tersaji dalam cawan-cawan mungil dan langsungku teguk teh putih tersebut. Dalam hati berkata, " Ini teh kok beda banget sama teh-teh yang pernah gue minum, gak pakai gula, rasanya manis, wanginya sumringah, gak pahit, dan tercium aroma daun segar". Aku terus bertanya kepada Pak Bambang dari mana ini tehnya, harganya berapa, manfaatnya apa, cara pembuatannya bagaimana dan yang paling panting bisa di bawa pulang apa enggak, ahahhaha. Pak Bambang terus bercerita dan berfalsafah mengenai sejarah, seni, budaya, dan manfaat tentang teh. Aku semakin kagum dengan cerita beliau dan salut tetang dedikasi serta apresiasinya terhadap teh. Ternyata teh itu bukan sekedar minuman pelepas dahaga, melainkan minuman kesehatan dan sebuah seni serta budaya. 

Berangkat dari kunjungan pertamaku ke kedai teh Laresolo milik Pak Bambang, aku semakin menikmati kunjungan-kunjunganku berikutnya untuk meluangkan waktuku meminum teh di sana. Rasa penasaranku akan teh semakin membesar bagai bom atom yang mau meledak, ahahha lebay. Cuaca, kemacetan jalan, jarak yang jauh, siang atau malam bukan menjadi penghalang untuk bisa ngeteh di kedai Pak Bambang.

Dari dedikasi dan apresiasi Pak Bambang, aku terinspirasi dan mencoba untuk mengajak orang-orang terdekatku untuk bisa meminum teh bersama. Teman-temanku yang datang ke sana mereka semua juga menikmati menu-menu teh yang tersedia dan bersedia kembali (kalau memang ada waktu luang bersama) ke kedai teh tersebut.

Ternyata teh mampu membuat aku ketagihan ibarat sebuah zat nikotin dalam sebuah rokok tetapi zat yang terkandung dalam teh bukan seperti itu juga, melainkan seperti virus positif yang mampu membuat orang menjadi gila (sepertinya saya yang gila, ahahha) dan saya ingin akan terus menginfeksi orang-orang supaya mereka mempunyai nilai apresiasi lebih terhadap teh. 

Salam hangat teh untuk semua. :)

Desember 01, 2010

Mari kawan menikmati teh..!!


Mari kawan menikmati teh..!!
Menikmati teh, memaknai manfaatnya..
Menikmati teh, bersama tertawa ber-hahaha..
Menikmati teh, menghangatkan segala suasana..
Menikmati teh,
antara aku, kamu, oh romantisnya..

Mari kawan menikmati teh..!!
Menikmati teh, menuangkan seni dan budaya..
Menikmati teh, mengalir dan berbagi cerita..
Menikmati teh, berkelakar dan mengumbar falsafah..
Menikmati teh , kau dan aku mari kita minum bersama..

Salam hangat teh untuk semua.. :)

November 20, 2010

Mataku

Mataku..
Maafkan aku yang lama tak memejamkanmu..
Engkau tentu mengerti begitu banyak rasa menusuk pikirku..
Hingga asa ntah terbang kemana-mana..
Menjalar berkelakar penuh dengan serat makna..

Mataku..
aku tau betapa lelahnya dirimu..
Tapi jiwaku telah terbakar resah hingga sang amarah berkuasa..
Lihatlah betapa karang di hatiku di hantam egoku..
Lihatlah keangkuhanku menertawakan rapuhku..

Tidak mataku..
aku tidak akan menyerah pada sang amarah..
apalagi bertekuk lutut pada egoku..
Akan aku minta pada sang waktu untuk tetap bersamaku..
Menjaga segala rasa yang tersisa dan apa adanya..

November 12, 2010

Realita lingkunganku yang kurang terealisasi.

            Ada beberapa pengemis yang bergumam dalam keramaian mahasiswa di kampus. Aku tiap hari mendengar kata-kata sosialisme, keadilan, kemakmuran, kebersamaan dan lain-lain. Banyak kata-kata itu yang tidak pernah ku tahu artinya secara jelas, hanya sebatas lisan. Aku tahu hanya bunyi perutku yang bernyanyi dan para pengemis di sekelilingku yang masih kelaparan hari ini. Aku hanya bisa memberi sedekah saja pada mereka.

            Entahlah, aku sungguh tidak mengerti maksud pembicaraan mereka. Seakan-akan mereka memerdulikan orang-orang yang kelaparan, yang tertindas, yang tak bisa bersekolah, dan masalah lainnya yang selalu sulit untuk diselesaikan. Mereka selalu berbicara penghisapan, kemiskinan, penindasan, ploretariat atau apalah yang mereka bicarakan demi kepentingan bersama. Tapi mereka tidak peka terhadap lingkungan disekitar kalian. Bagiku kata-kata itu hanya untuk membuatku begitu bodoh dan tersenyum simpul dihadapan mereka yang selalu bicara keadilan. Tapi suatu saat jika aku mempunyai anak, akan kudidik untuk menggantikan mereka yang selalu berkata-kata tanpa adanya realisasi dan anak-anakku pun akan mengikuti kebiasaanku untuk mengukur dan mengkritisi apa yang kurang terealisasi.


Oktober 31, 2010

Hanya aku jadikan sebagai batu loncatan.

Suatu hal yang memang paling sulit itu adalah menentukan pilihan. Dari pilihan tersebut pasti ada sesuatu yang memang syarat harus dikorbankan. suatu pilihan entah itu baik atau buruk pasti mengandung suatu makna dan hikmah yang bisa diambil, entah itu bisa sebuah kebahagiaan ataupun kepahitan yang mungkin terjadi dari pengambilan keputusan terhadap beberapa pilihan.

Sekarang, saya merasa dihadapkan antara dua pilihan yang memang hal tersebut mengandung sebuah resiko yang begitu tinggi. saya dihadapkan antara kuliah dan kerja untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Jujur, saya merasa selama menjalani masa kuliah lima semester ini ,saya  merasa kurang nyaman dan merasa salah memasuki jurusan. entah apa yang terlintas dalam benak pikiran saya selama ini tentang jurusan yang saya ambil, yaitu jurusan Administrasi Niaga Universitas Padjadjaran.

Sebenarnya sebelum saya berniat untuk berkuliah di Universitas Padjadjaran (Unpad), saya telah diterima di Universitas Syarif Hidayatullah (UIN Jakarta) dengan progam studi jurusan Ekonomi Syari'ah (ini yang lulus melaui SNMPTN, yang lain tidak saya sebutkan di sini). Saya yang sewaktu itu merasa lebih baik maka saya putuskan mengambil di Unpad, karena itu merupakan pilihan yang tidak begitu menyimpang dari minat saya terhadap progam studi tersebut. tetapi entah mengapa selama saya berkuliah di sini ada rasa tidak nyaman sekali. ketidaknyamanan itu sebenarnya bukan karena saya tidak kuat untuk mengikuti mata kuliah yang telah di sajikan di jurusan ini, tetapi justru lingkungan yang memaksa saya tidak betah terhadap jurusan ini. lingkungan di administrasi niaga justru saya menilai tidak cocok dengan kepribadian saya.

Saya adalah tipe seorang melankolis. Saya tidak menyukai dan tidak ada bakat sama sekali dalam dunia bisnis yang memang saya kuliah itu pada intinya didik untuk menjadi seorang pebisnis yang handal. tapi entah mengapa semua itu bertolak belakang dengan kpribadian yang saya miliki sekarang. saya tidak menyukai hubungan dengan orang banyak, karena bagi saya itu bisa membuat saya agak terlihat kaku jika saya mencoba untuk melakukan penjualan langsung.

meski saya memasuki jurusan yang memang bukan latar belakang dari bakat saya, tetapi saya mencoba untuk menjadikannya batu loncatan sebagai landasan dasar untuk memicu semangat berkarya di bidang mesin dan teh karna hobi saya dari kecil ialah mesin dan meminum teh.