Kujadikan dia sebagai alasanku,, mengapa aku menulis ini..
Regret nothings, fear less,then just do it!
Kuungkapkan kata-kata itu berulang kali, kutanamkan jauh dalam pusat hatiku. Harus kupastikan bahwa kata itu benar-benar tertancap, sebelum semua tentangnya terlalu jauh,
‘Bout that girl..ya tentang dya..
It’s not about fear, it’s about love, ’bout heart. Rupanya sisi lain diriku menolak pendapatku sebelumnya. Detik ini kebimbangan berdesir dalam dadaku.
Saat ini tatapanku melekat kuat pada wajahnya. Dua semester bukan lagi waktu yang singkat untuk memendam beban seberat ini. Ingin sekali kucari tahu apa yang mesti kuketahui, selama ini selalu saja samar. Sebenarnya sejauh mana dirinya padaku, sedekat apa seharusnya kita berdua.
Aku pencinta manusia, aku ingin selalu menebak apa yang ia pikirkan. Kedinamisan ia membuatku ingin tahu. Biasanya semua itu terasa lancar, untuk tahu semua itu. Tetapi kenapa keraguan-mutlak terjadi saat ku mencoba menelaahnya.
Karena itu, karena semua itu, ingin sekali kuhadapkan kita dalam empat mata, dan akan kutanyakan berentet, beribu, dan berjubel pertanyaan tentang kita, tentang yang seharusnya terjadi. Bukan yang kuinginkan terjadi atau imajinasiku yang selalu memaksaku mewujudkannya.
Nampaknya sisi otakku yang lain membuatku kembali tenggelam dalam ragu. Haruskah ku ungkapkan itu padanya ??..ah entahlah..
NO WAY! OF COURSE NOT!
Lalu akan seperti apa tindakanku. Hari ini kuhentikan pertengkaran pribadi pada hatiku sampai disini, titik. Tak ada niatan untuk menuntaskannya sekarang. Karena saat ini aku harus kembali ke realita. Kulepaskan tatapanku darinya, sebelum ia merasa diawasi.
-
Kutatap dirinya,
Ia cantik, bahkan sebenarnya ia anggun. Tetapi ada alasan lain kenapa dia menempati tempat spesial di jantungku, teristimewa di paru-paruku dan memiliki seluruh jiwaku.
Aku tahu selama ini dia mengawasiku.
MUNGKIN,
Mungkin dia mengawasiku. Matanya terlalu dalam untuk diselami, senyumnya terlalu rumit untuk dimengerti. Begitu tulus, namun maknanya belum tertangkap olehku. Selalu saja memberiku misteri tersendiri.yaaa,,misteri pada hatiku ini..
Entah. Aku merasa nyaman seperti ini, menatapnya. Kalau dia yang akan jadi milikku, ia akan jadi yang pertama tulus benar-benar kucintai, karenanya lubuk kecilku kurang-lebih berharap takkan ada kegagalan.
Belum juga kutemukan sesuatu itu, yang dapat memantapkan hatiku. Sampai saat ini, setelah kutatap dia selama dua semester. Apa perlu kuyakinkan diriku bahwa dia akan menjawab seperti yang kubayangkan? Itu memang tidak terlalu penting, namun itu mungkin yang membuat sedikit keraguan yang berkecambah. ADVICE? I guess..
-
Bukan lagi dia yang kutatap, melainkan sisi ruang di hatiku yang penuh keraguan. Kuputuskan untuk menemukan ketuntasannya malam ini, tentang langkahku ke depan menghadapinya. Harus tuntas. Tak kuhiraukan lagi jam yang terus berputar, waktu yang terus berlalu, malam yang makin larut.
Aku tekankan pada diriku, kuingatkan pada jiwaku, bahwa aku hanya seorang manusia yang sama seperti yang lain. Tetapi entah mengapa aku dibuatnya menjadi ciut dan tak bernyali di hadapannya..
Well, I’M QUIT.
Kucukupkan kebimbanganku, keraguanku selama ini. Aku keluar dari rasa ini. Belum terlalu jauh, belum terlalu jauh untukku menghilangkannya. Biarkan dia jadi cintaku yang terpendam, cinta yang pernah ada, tanpa ada yang tahu.
-
Satu kawan mendukungku, jawaban lain yang tersisa hanya ‘terserah’ dan ‘nggak tahu’, yang terakhir malah menginterogasiku balik jati diriku, ehm, incaranku. Namun dapat dipastikan aku pulang dengan tangan hampa, karena aku tidak akan mengungkapnya dengan lantang.
Kurenungi kembali pendapat temanku, dan akhirnya kudapatkan juga kesimpulan,
OK,I’m game!
Apapun jawabannya bukan menjadi masalah. Yang penting aku telah mencoba menjadikannya ia milikku. walaupun aku berkata tanpa basa basi terlebih dahulu dan mengucap secara tertatih..I think,,,just do it..
keesokan harinya, kuberanikan diri untuk menemuinya dan berbicara langsung dengannya..ku kumpulkan semangat dalam diri dan mencoba lebih tenang..yaa,, mungkin aku harus lakukan itu.. keberanian sudah terkumpul,,tapi entah mengapa rasa percaya diriku hilang begitu saja..
-
Aku bertatap mata dengannya, lebih dekat dan lekat dari biasanya.
-
Tatapan ini, tidak,,tidak,, jangan keluarkan sekarang! Itu bisa merusak rencana agungku. Menjadikanmu milikku..
-
Kuberanikan diri untuk kembali mencoba membaca apa yang dipikirkannya saat itu. Namun, tiba-tiba saja terlintas keputusan akhirku semalam, I’m quit for the sake of friendship. Kutundukkan diriku, kuputuskan tetap memegang kata itu.
-
Kenapa kau lepas senyummu, jangan sekarang. Kau membuatku ragu, lagi. Mengapa jawabannya kembali jadi penting? Telah kuputuskan bahwa aku akan masuk dalam permainan ini. Kutarik dan kulepas nafasku sedikit lebih lambat dari biasanya, melonggarkan rongga dadaku yang terlalu sesak. Setelah berusaha keras, akhirnya terlontar juga kata itu, kupinta ia menduduki tempat terkhusus di hatiku, jantungku, dan seluruh jiwaku.
-
Jantungku berdetak terlalu keras, aku terlalu kaget untuk kata itu, yang terlontar dari mulutnya.
Aku..
Aku,
Ehm! Aku harus fokus pada keputusan akhirku. Sudah kuputuskan!
Sudah kuputuskan,
Kuputuskan apa,
REGRET NOTHINGS, FEAR LESS, JUST DO IT!!
Hanya itu yang teringat di otakku, terutama dua kata terdepan.
REGRET NOTHINGS, terus saja berulang. Jangan sesali apapun atau mungkin lebih terdengar jangan sampai menyesal! Ditambah seruan lain yang bersaing,
It’s not ‘bout fear to me but i must do it., it’s ‘bout love, about YOUR HEART!
Demam panggung pun seketika muncul di tempat tak seharusnya, di depannya. Aku hanya terpaku tanpa jawaban. Bukannya berkoorporasi, seruan-seruan di otakku semakin kencang. Akhirnya keluar juga jawabanku, bukan kata-kata yang indah, tetapi hanya anggukan dan ku gemetaran. Kusadari otakku mengangkat bendera putih pada hatiku, kukembangkan senyumku, kutatapkan mataku setulus mungkin, sedalam yang kubisa pada sosok didepanku.
-
Tatapan itu, cahaya matamu,,ya aku tahu! Senyum itu, aku mengerti!
Aku memecahkan sebagian misteri atasnya. Senyumnya, pandangannya, segala yang ia berikan padaku selama ini adalah perasaan yang sangat kuinginkan, jawaban yang selama ini membimbangkanku.
-
Aku mengerti alasannya. aku putuskan memberikan sesuatu yang telah lama kusimpan untuknya..hanya sebuah lingkaran kecil itulah yang dapat keberikan padanya. lingkaran yang telah kubeli di desember awal. Itu tanda persahabatan dariku.aku senang ia mau menerima, dan mau mengenakannya.
Sejauh ini aku masih baik-baik saja, tetapi entah mengapa aku begitu kesal pada diriku..diri yang tak punya keberanian tuk ungkapkan dengan percaya diri. apakah karena matanya, ahh ya sudahlah..aku tidak ingin ia bingung dengan ucapanku.aku tidak ingin menggangu mimpi indahnya dan tak ingin mengganggu tidurnya yang nyenyak setiap malam..ahh,, biarlah hati ini yang merasa,,merasa akan sesuatu yang tak semestinya terungkap..
Tabir tersirap, semua terbuka. Dia padaku. Sejauh inilah seharusnya kita berdua,,berdua dalam persahabatan..
semoga keciutan nyali ini dapat mejadi hikmah untuk diriku sendiri..dan ucapan terakhirku untuknya..
terima kasih banyak atas semuanya.mungkin inilah akhir dari cerita yang telah terpendam sekian lama..kenangan semasa kumememdam rasa ini, kini telah sirna karena hitamku.. maafkan perkataanku bila itu telah membuatmu bingung..karena hati ini tak kuasa mememdam terlalu lama lagi..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar