Juni 05, 2010

sembunyi dalam tamanmu

terima kasih  telah menyisakan pojok hatimu untuk menyayangiku. tak perlu kau iba pada lamunanku. aku tidak akan bertanya kenapa. terima kasih  telah menjadikan aku pereda nyerimu. aku sembunyi di tamanmu tuk mencari nafas bumi pahit rongga di dadamu. setiap kelam menikam, biar saja luka kita berpagutan saling menyembuhkan. selamanya taman ini tak terkunci untukku, untukmu. datanglah kapanpun kau mau tak perlu mengetuk pintu hatiku.

Juni 04, 2010

kosong dalam ketiadaan

Ya, Rabb..!! di malam hening ku termenung dalam rengkuhan nista yang kian larut semakin menusuk. entah apa yang terlintas dalam pikiranku pada malam ini tentang suatu rasa yang lazim ada pada insan manusia. Rasa iri, sedih, haru, cemburu, rindu terhadap apa yang ada di sekelilingku. pikiranku sungguh berantakan, semua bercampur aduk menjadi sebuah kegalauan yang meringkuh. seketika air mata menetes dan terisak tangis sendu pilu. entahlah, rasanya malam ini begitu heningnya aku berada di dalam bilik kamar dan terpojok terbelenggu merenung lamunan jiwa. jiwa yang selalu merasa haus, jiwa yang selalu merasa lapar akan indahnya keharmonisan. apakah mungkin hati kecil ini tidak kuat untuk terus bertahan dalam ketiadaan, ketiadaan tanpa kasih sayang, ketiadaan tanpa hiruk pikuk alunan rindu, ketiadaan untuk meronta akan ketidakpastian untuk hidup. Aku hidup dalam kekososngan yang nyata dan teramat abadi. luluh ditempa denting waktu yang terus menuntut kepastian kedamaian hati. jiwa yang dulu tak pernah merasa jua, kini bimbang ditengah hamparan samudra yang terus mengering. hati ini terasa amat sangat dahaga akan kasih sayang,  cinta, rindu yang tak pekat wujudnya. jurang yang begitu curam dan dalam selalu menungguku masuk ke dalam rongga lamunan kehancuran. kosong yang selalu ada tanpa penglihatan yang  nyata, semua terasa dekat menuntunku masuk.

Ya, Rahman...!! harus sampai kapanku menghentikan pertengakaran hati ini.sekian lama ku hidup dalam keributan yang selalu menghantui perasaan ini. aku selalu kesepian dalam keramaian dan tersenyum palsu dalam kekosongan. hidupku segan pada angan-angan menghadang, mati pun aku tak rindu apalagi sekedar demdam. Di bilik hati ku bersandar lesu tak kuat menahan senyuman palsu dalam rindu meruduk keseimbangan yang syahdu. Banyu biru berpasir selalu menyapaku tapi aku diam dengan angkuhku. adakah secuil kosombongan pada diriku? entah mengapa kubiarkan hatiku berlarut seperti ini.